saya

SELAMAT DATANG

Kamis, 13 Agustus 2009

BAB 1 (PENDAHULUAN)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Sistem pembumian sangat berpengaruh/berperan penting di dalam bidang proteksi (keamanan), apabila pemasangan sistem pembumian ini kurang benar maka akan mengakibatkan terhalangnya penyaluran arus bocor atau arus hubung singkat ke dalam tanah. Penyaluran arus bocor atau arus hubung singkat ke dalam tanah sangat tergantung pada tahanan pembumian dan tahanan jenis tanah. Semakin kecil tahanan pembumian dan tahanan jenis tanah maka akan semakin baik untuk sistem pembumian. Menurut (Muhaimin: Instalasi Listrik I, 1995 : 67) Tahanan sistem pembumian maksimum pada beberapa bakuan adalah 5 Ω. Sedangkan pada PUIL 2000 tahanan pembumian yang diijikan maksimal 5  (Ohm) dan untuk gedung maksimal 3  (Ohm). Untuk daerah yang resistansi jenis tanahnya sangat tinggi, resistansi pembumian total seluruh sistem tidak boleh mencapai 10 Ω (Ohm). Seperti yang kita ketahui walaupun tanah didaerah bekas lahan sawah yang dulunya tanah tersebut memiliki kelembaban yang cukup tinggi akan tetapi lama kelamaan kelembaban tanahnya akan menurun. Agar tahanan jenis tanah dan tahanan pembumian pada sistem pembumian kecil, maka kelembaban tanah harus ditingkatkan.
Untuk mendapatkan tahanan pembumian yang kecil tidak bisa dilakukan dengan elektroda saja, karena selain sistem pembumian kandungan elektrolit pada tanah juga berpengaruh terhadap tahanan pembumian. Kandungan elektrolit pada tanah dipengaruhi oleh jenis tanah. Untuk meperkecil tahanan pembumian dapat juga dilakukan dengan cara memperkecil tahanan jenis tanah. Untuk meperkecil tahanan jenis tanah ada beberapa metode yang dapat dilakukan, misalnya dengan menambahkan zat aditif kedalam tanah. Zat aditif tersebut antara lain: garam, serbuk arang, tepung logam (bentonite), dan lain-lain.
Dengan adanya permasalahan seperti diatas maka penulis berinisiatif untuk mencoba memperkecil tahanan jenis tanah dengan menambahkan zat aditif yaitu garam pada sistem pembumian, dan mengamati apa yang terjadi. Disini penulis akan melakukan pengamatan di wilayah Dalung, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Melihat dari stuktur tanahnya di wilayah tersebut adalah tanah bekas sawah dan diperkirakan tanah lempung, elektroda yang akan digunakan adalah elektroda batang. Dengan adanya penelitian ini penulis berharap nantinya dapat dijadikan acuan dalam merencanakan suatu sistem pembumian. Karena hal ini sangat mudah di lakukan dan tidak banyak memerlukan biaya






1.2. Rumusan Masalah
Didalam pengerjaanya, penulis menemukan beberapa permasalahan yaitu sebagai berikut:
1. Berapa besar nilai tahanan pembumian di Banjar Kuanji, Desa Dalung, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, sebelum dicampur zat aditif berupa garam ?.
2. Berapa nilai tahanan pembumian di Banjar Kuanji, Desa Dalung, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. setelah dilakukan pencampuran zat aditif berupa garam ke dalam tanah?.
3. Apa dampak penambahan zat aditif berupa garam pada sistem pembumian ?.

1.3. Batasan Masalah
Untuk menjaga agar permasalahan yang akan dibahas pada laporan ini tidak terlalu luas maka penulis membatasi masalah yang akan dibahas sebagai berikut:
1. Elektroda pembumian yang digunakan saat melakukan penelitian adalah elektroda batang dengan diameter 12 mm, panjang 3 meter.
2. Penulis hanya mencari tahanan pembumian tanpa memperhatikan perubahan fisik yang terjadi terhadap elektroda pembumian yang digunakan.


1.4. Tujuan
Tujuan dari penambahan garam pada sistem pembumian adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui besar tahanan pembumian di Banjar Kuanji, Desa Dalung, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, sebelum dicampur zat aditif berupa garam.
2. Untuk mengetahui dampak dari penambahan zat aditif berupa garam pada sistem pembumian.
3. Untuk mengetahui tahanan pembumian pada tanah di Banjar Kuanji, Desa Dalung, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, bila dilakukan pencampuran dengan menambahkan zat aditif berupa garam ke dalam tanah.
4. Manfaat dari penelitain dapat digunakan sebagai bahan acuan pada sitem pembumian pada tanah lempung.

1.5. Metodelogi
Dalam Proyek Akhir ini penulis akan melakukan pengamatan terhadap tahanan pembumian pada sistem pembumian dengan menambahkan zat aditif berupa garam ke dalam tanah. Adapun metodologi yang dilakukan penulis dalam pembuatan laporan Proyek Akhir ini yaitu:



1. Studi Pustaka
Pada metode ini, dimana penulis melakukan atau mencari referensi teori pendukung untuk pengerjaan penambahan zat aditif berupa garam pada sistem pembumian.
2. Konsep perhitungan tahanan pembumian pada sistem pembumian mengunakan rumus:

Dimana:
L = Panjang batang yang tertanam (meter)
r = Diameter elektroda (meter)
= Tahanan jenis tanah (Ohm – meter)
Rbt = Tahanan Pembumian (Ohm)
3. Metode Pengamatan Langsung
Pada metode ini penulis mengunakan teknik observasi dimana, cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung dilapangan.
4. Metode Pengukuran
Pada metode ini penulis melakukan langkah – langkah sebagai berikut:
a. Melakukan pengeboran pada tanah.
b. Melakukan penanaman elektroda batang.
c. Melakukan pengukuran tahanan pembumian dengan mengunakan alat ukur Earth Tester sebelum ditambah zat aditif berupa garam.
d. Melakukan pengukuran tahanan pembumian dengan mengunakan alat ukur Earth Tester sesudah dicampur zat aditif berupa garam.
5. Metode analisa
Metode analisa dipakai pada pembahasan dimana data – data yang terkumpul kemudian dianalisa mengunakan teknik pengolahan data regresi linear sederhana.

1.6. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan oleh penulis dalam penyususnan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, permasalahan dan batasan masalah, tujuan, metodelogi, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Memuat tentang semua teori yang digunakan sebagai bahan acuan dan teori-teori yang berhubungan dengan penyusunan Tugas Akhir ini.


BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISA
Merupakan bagian yang berisi tentang analisa dari proyek akhir dan proses analisa pada sistem pembumian.
BAB IV PENUTUP
Merupakan bagian yang berisikan kesimpulan dan saran-saran hasil pembahasan.

Selasa, 11 Agustus 2009

1. Jenis–Jenis AC
a.AC Split
b.AC Window/Jendela
c. AC Portabel
d.AC Central
e.Coling Tower
f.Chiller
2. Koponen–komponen AC
a.Kompresor
b.Kondesor
c.Evaporator
d.Saringan
e.Pipa kapiler
f.Keran ekspansi
g.Minyak Kompresor
3.Alat–Alat Listrik pada AC
a.Opration Control
b.Overload
c.Capasitor
d.Relay
e.Fan motor
4.Kerusakan Yang Terjadi Pada AC
a.AC mati total
b.Fan tidak berputar
c.Kompresor macet/mati
d.AC tidak dingin
e.Fan/blower bunyi keras